Dalam dinamika organisasi, keberadaan struktur formal seperti Pembina dan Pelindung seringkali dianggap sebagai elemen penting dalam menjaga arah dan stabilitas. Namun, belakangan ini muncul fenomena yang cukup unik dan mengundang perhatian: Pembina organisasi tidak lagi difungsikan sebagaimana mestinya. Entah karena diabaikan oleh pengurus dan anggota, atau karena Pembina sendiri tidak menjalankan fungsinya secara optimal. Bahkan, lebih jauh lagi, sering kali anggota organisasi justru melompati Pembina dan langsung berkonsultasi kepada Pelindung. Fenomena ini perlu dicermati secara serius, karena bisa menjadi pertanda adanya gangguan dalam sistem organisasi.
1. Ketidakjelasan Fungsi dan Peran
Salah satu penyebab utama terpinggirkannya Pembina adalah tidak jelasnya deskripsi tugas dan fungsi dalam struktur organisasi. Banyak organisasi hanya menempatkan posisi Pembina dan Pelindung sebagai formalitas dalam AD/ART, tanpa menginternalisasi peran tersebut dalam praktik sehari-hari. Akibatnya, Pembina tidak memiliki ruang yang cukup untuk berkontribusi, sementara pengurus dan anggota tidak merasa perlu melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan.
2. Ketidakhadiran atau Ketidakterlibatan Pembina
Faktor berikutnya adalah pasifnya peran Pembina itu sendiri. Dalam banyak kasus, Pembina jarang hadir dalam kegiatan organisasi, tidak memberi arahan strategis, atau bahkan tidak mengenal dinamika internal yang sedang terjadi. Ketidakhadiran semacam ini membuat kehadiran Pembina terasa tidak relevan, sehingga perannya pun secara perlahan tergantikan oleh aktor lain yang lebih aktif dan responsif.
3. Pelindung yang Terlalu Dominan
Tak jarang pula terjadi ketimpangan fungsi karena Pelindung organisasi terlalu dominan. Karena dianggap lebih berkuasa, berpengaruh, atau memiliki jaringan luas, banyak anggota dan pengurus lebih memilih langsung berkonsultasi kepada Pelindung. Ini secara tidak langsung menggerus peran Pembina yang sejatinya menjadi jembatan antara pengurus dan Pelindung.
4. Krisis Kepercayaan
Di balik semua itu, bisa jadi tersembunyi krisis kepercayaan terhadap Pembina. Jika Pembina dianggap tidak kredibel, kurang memahami substansi organisasi, atau bahkan bermasalah secara personal, maka anggota akan mencari figur lain yang mereka rasa lebih dapat dipercaya. Dalam hal ini, Pelindung menjadi pilihan yang dianggap lebih aman dan efektif.
5. Struktur Organisasi yang Lemah
Fenomena ini juga menunjukkan lemahnya implementasi struktur organisasi. Jika struktur hanya menjadi simbol tanpa implementasi yang nyata, maka relasi kuasa dan komunikasi dalam organisasi menjadi tidak teratur. Ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kekacauan dalam pengambilan keputusan dan arah gerak organisasi secara keseluruhan.
Penutup: Perlu Revitalisasi dan Evaluasi
Fenomena di atas seharusnya menjadi peringatan penting bagi organisasi untuk segera melakukan evaluasi. Kejelasan peran dan fungsi, penguatan kapasitas Pembina, serta penataan jalur komunikasi organisasi harus menjadi prioritas. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang mampu menempatkan setiap elemen sesuai fungsinya, tidak berdasarkan kuasa, tetapi berdasarkan sistem dan nilai kolektif.
By: Andik Irawan